A. Persiapan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Bahan baku
dalam kegiatan usaha ini adalah bambu wulung hitam (Gigantochloa verticillata)
yang masih dapat diperoleh dengan mudah di dalam wilayah Kabupaten Purworejo.
Pihak pengrajin dimudahkan dalam penyediaan bahan baku tersebut, karena petani bambu telah
menyiapkan kebutuhan batang bambu hingga pengangkutan ke sanggar bambu.
Kebutuhan bahan pembantu berupa rotan tali, rotan gelondong dan rotan antik
umumnya diperoleh dari Jepara dan Cirebon
melalui pedagang langsung. Ada beberapa
pengrajin yang bertindak sebagai pedagang juga, sehingga pada saat pengangkutan
produk mebel ke Jepara atau Cirebon,
maka pada saat kembali selalu mendapatkan titipan dari sesama pengrajin untuk
berupa tali rotan tersebut.
A.1. Pengeringan
Bambu yang digunakan untuk pembuatan mebel umumnya dipotong setelah berumur 13
bulan dengan pertimbangan bahwa bambu tersebut telah memiliki umur dan
ketebalan batang yang cukup untuk diolah menjadi produk kerajinan. Pada daerah
tropis, tanaman bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung kanji yang
disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat
suhu dan kelembaban tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan dan
pengawetan bambu agar menjadi lebih keras dan mampu bertahan hingga lebih dari
10 tahun.
Bambu yang telah dipotong cukup disandarkan dalam keadaan berdiri agak tegak
(kemiringan 75 derajat) ditempat yang cukup teduh dan dibiarkan sampai kadar
airnya berkurang. Posisi bambu pada saat proses pengeringan diupayakan jangan
sampai terkena sinar matahari langsung secara terus menerus karena batang bambu
bisa melengkung dan membentuk warna yang tidak dikehendaki, sesekali perlu
dilakukan penyusunan ulang dengan membalikkan posisi sandar sehingga bambu
dapat kering secara merata.
Untuk menghindari kelembaban tanah yang naik ke batang, sebaiknya batang bambu
dilindungi dengan menggunakan batu pada bagian bawah batang yang telah
dipotong. Proses pengeringan ini memakan waktu 4-7 hari, apabila hari sering
turun hujan makan proses pengeringan akan berjalan lebih lama.
Photo 4.2. Proses Pengeringan Bambu Secara Alami
A.2. Pengawetan/Penyimpanan
Ada beberapa
metode pengawetan yang diterapkan pada batang bambu, yang disesuaikan dengan
peruntukan bambu tersebut. Bambu untuk keperluan bahan kerajinan anyaman akan
mengalami proses pengawetan yang cukup lama, yaitu sekitar 3-6 bulan dengan cara
direndam ke dalam kolam yang menggenang atau mengalir pelan.
Sementara bambu untuk bahan baku
pembuatan mebel bambu setelah dikeringkan melalui proses penyandaran cukup
ditiriskan/diletakkan dengan posisi tidur pada satu bangunan yang terlindung
dari panas dan hujan namun masih dapat terkena angin secara langsung (di
angin-anginkan). Proses ini memakan waktu antara 15-20 hari hingga bambu siap
untuk diolah menjadi mebel bambu.
Photo 4.3. Proses Pengawetan / Penyimpanan Bambu
B. Proses Produksi
Dalam menjalankan proses produksi, para pengrajin mebel bambu di Kecamatan
Bener Kabupaten Purworejo memiliki teknik yang sama, yaitu pembuatan rangka
mebel, pengikatan dengan rotan tali, penyusunan iratan pada alas kursi dan meja
serta iratan pada sandaran kursi yang sudah diukir. Pada tahapan akhir
dilakukan proses finishing dengan cara mengampelas, memberi vernis atau melamin
serta proses pengeringan. Tahapan-tahapan tersebut akan dibahas berikut ini.
1). Pembuatan bagian-bagian mebel
Dari keseluruhan proses produksi pembuatan kerajinan mebel bambu, tahapan
pembuatan rangka merupakan tahapan paling kritis dalam usaha ini, karena perlu
perhitungan yang tepat dalam ukuran maupun pembuatan lubang untuk sendi/siku.
Beberapa pengrajin memiliki tenaga kerja terampil khusus untuk pembuatan rangka
ini sehingga tingkat kerusakan/kegagalan dapat ditekan.
Untuk membuat satu set kursi model Sudut diperlukan sekitar 6 batang bambu dan
12 batang untuk model Sofa. Batang bambu yang telah diukur untuk masing-masing
bagian dalam rangka mebel akan dipotong dengan menggunakan gergaji kayu. Batang
bambu dengan diameter terbesar (bagian bawah bambu) difungsikan sebagai
kaki-kaki kursi (posisi vertikal) karena bagian ini memiliki ketebalan batang
paling besar sehingga memiliki kekuatan yang paling besar pula. Sementara untuk
batang bambu yang lebih kecil akan digunakan untuk palang bilah dengan posisi
horizontal.
Photo 4.4. Proses
Persiapan dan Pembuatan Bagian Mebel Bambu
(A) Bambu siap untuk proses produksi,
(B) Pembuatan Lobang Siku, (C) Lobang Siku
2). Perakitan
Proses perakitan mebel kayu dimulai dengan
pekerjaan memasukkan bambu kedalam bagian kaki kursi yang telah dilubangi
(Photo 4.). Ukuran lobang harus disesuaikan dengan ukuran batang bambu yang
akan dimasukkan agar rangka kursi tidak bergoyang, dan proses ini harus
dilakukan dengan hati-hati agar bambu tidak retak dan rangka mebel dapat
berdiri dengan kokoh. Hingga tahapan ini setiap rangka akan diperiksa secara
teliti oleh pengrajin karena hasil ini akan sangat mempengaruhi kualitas akhir.
Untuk memperkuat posisi sudut dari rangka, maka
dilakukan pengikatan dengan menggunakan rotan tali, seperti terlihat pada Photo
4.6. Pengikatan ini selain agar posisi sambungan sudut lebih kuat juga
memberikan sentuhan seni yang dapat meningkatkan nilai jual produk ini. Ikatan
dengan tali rotan akan dilakukan pada bagian rangka yang dinilai cukup banyak
dipandang mata sehingga menambah daya tarik mebel tersebut.
Photo 4.5. Proses
Perakitan Mebel Bambu
Photo 4.6. Proses Pengikatan Sudut
Kursi dengan Rotan Tali
Untuk model Sudut, jumlah bagian
mebel yang diikat dengan rotan berjumlah 42 buah, dengan rincian 2 buah kursi
dengan 2 sandaran masing-masing 9 ikatan, kursi 1 sandaran terdapat 8 ikatan,
meja sudut 12 ikatan dan meja tengah 4 ikatan. Berat rotan tali yang dibutuhkan
untuk satu set mebel kayu model Sudut sekitar 85 gram, sedangkan untuk model
Sofa dibutuhkan sekitar 100 gram rotan tali. Sedangkan untuk model Sofa
dibutuhkan 32 ikatan dengan rincian kursi dengan sandaran 3, 2, 1 dan meja
masing-masing memiliki jumlah ikatan 8 buah.
3). Pelupuh
Pelupuh atau papan bambu adalah susunan dari batangan bambu yang dibelah dengan
menggunakan parang pada satu sisi dari atas ke bawah dan berbentuk
iratan/belahan batang dengan ukuran lebar sekitar 2 cm. Iratan tersebut
kemudian disusun hingga berbentuk seperti papan atau dinding. Bentuk ini juga
memberikan nilai seni tersendiri dan memudahkan sirkulasi udara khususnya untuk
bagian bawah kursi maupun meja.
Pada kerajinan mebel bambu ini pelupuh terdiri dari 2 macam, yaitu pelupuh
polos dan pelupuh ukir. Tidak ada perlakukan khusus untuk pelupuh polos karena
batang bambu hanya dipotong sesuai ukuran yang diperlukan. Untuk pelupuh pada
alas duduk ditata sejajar dan diikat rotan antik dengan cara membentuk huruf "X"
dan diikatkan ke batang bambu yang dipasang dibawah susunan iratan tersebut
sehingga masing-masing iratan dapat terikat dengan erat (Photo 4.7).
Photo 4.7.Penyusunan Pelupuh Alas
Kursi dan Bentuk Pengikatan
dengan Rotan Cantik
Sementara itu proses penyusunan pelupuh ukir diberlakukan
beberapa tahapan (Photo 4.8), yaitu:
Batang
bambu yang akan dijadikan pelupuh ukir harus dipilih dari bagian batang
yang baik;
Batang
bambu diukir oleh tenaga terampil yang memang memiliki keterampilan khusus
untuk melakukan ukiran pada batang bambu.
Batang
bambu yang telah diukir akan diserut/seset menggunakan pisau raut untuk
menghilangkan kulit bambu yang berwarna hitam pada bagian-bagian yang
telah ditentukan, sehingga motif ukiran akan terlihat dengan jelas.
Proses
selanjutnya adalah pemotongan batang bambu tersebut menjadi iratan-iratan
dan disusun menjadi pelupuh.
Photo 4.8. Proses Pengukiran Bambu
Seperti
terlihat pada Photo 4.9, bilah bambu yang telah diukir dan diseset/serut kulit
bagian luar dengan menggunakan pisau raut selanjutnya dipotong-potong menjadi
iratan-iratan dan disusun hingga berbentuk pelupuh/papan bambu. Pemotongan
bambu ukir tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar bentuk potongan lurus
sehingga mudah untuk disusun pada sandaran kursi atau alas meja. Apabila
pelupuh sudah tersusun rapi dilakukan pengikatan dengan rotan gelondong pada
bagian pinggir pelupuh yang mengitari sandaran kursi.
Photo 4.9. Proses
Pemasangan Pelupuh Ukir
4) Finishing
Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses perakitan sudah selesai
dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin. Proses finishing
yang dilakukan meliputi kegiatan :
mengampelas seluruh ruas
bambu agar halus. Cara mengampelas tidak boleh terlalu keras karena bisa
merusah warna bambu yang sudah alami;
memberi vernis atau melamin
pada seluruh lapisan bambu menggunakan kuas, dengan maksud untuk
mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kulit bambu agar kuat
dan tahan lama/awet.
Setelah proses finishing
dilakukan, mebel bambu tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung
karena akan memudahkan terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang telah
divernis/melamin, mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang pamer
sehingga dapat terkena hembusan angin secara langsung. Vernis/melamin tersebut
akan kering dalam waktu 2-3 jam dan mebel siap untuk dijual
1.Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi.
2.Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Banyak
kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa
ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan
dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh
lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun
jika tidak ada seseorang tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu
yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan
bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian
tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak
mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan
dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik
manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat
perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk
awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di
organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal
perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku
dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini
perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya.
Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan
biaya.
Daniel
Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran
awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era modern.
Pemikiran
awal manajemen
Sebelum
abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa
pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of
Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan
diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu
perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan
menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa
dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus perusahaan peniti
dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika
setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah
sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu
yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan
lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa
penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin,
menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi
dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini
mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu
mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku,
memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan
lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Era
manajemen ilmiah
Frederick Winslow
Taylor.
Era ini
ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur
seperti Henry Towne,
Frederick Winslow Taylor,
Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson. Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut
scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya
yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor
mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk
menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa
penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai
tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor
di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor
memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious
) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang
disebut sebagai Gantt
chart
yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen
ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap
gerakan tersebut.
Era ini
juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa
yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen
yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang
industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu
kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada
pertengahan tahun dan terus berlangsung hingga
sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan
nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan
penting lainnya datang dari ahli
sosilogiJermanMax Weber. Weber menggambarkan suatu tipe
ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang
dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas,
peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal.
Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak
ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud
menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat
dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett
melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari
teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains
Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam
manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu
Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan:
"Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini
muncul atas ide Alfred
Sloan
(chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang
organisasi.
Era manusia sosial
Era
manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school)
dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen
Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik
Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu
terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata
insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih
sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan
kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti
menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu
utama perilaku kerja individu.
Kontribusi
lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang
mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal
setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun
1924.Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi
sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah
untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan
individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi
harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian,
manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan
lawan.
Pada tahun
1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the
Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk
merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara
motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi
"efektif-efisien".
Menurut
Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah
sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi
formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi
merupakan elemen universal, sementara pada organisasi informal, komunikasi,
kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga
mengembangkan teori "penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan
bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Era moderen
Era
moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas
total
(total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa
guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993)
and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming,
orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas
di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas
bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan
pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi
berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan
berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya
penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2)
produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas
dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan
dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin
rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi
kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan
karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk
pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen
yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran
mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas
yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan
diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen
ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh
pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan
tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat
diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth
juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan
dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs
(dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th
tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang
lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu
mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata.
Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa
seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior
dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan
gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk
memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan.
Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18
gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik
Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di
penghujung hari.
Pendekatan
kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif seperti statistik, model
optimasi,
model
informasi,
atau simulasi
komputer
untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman
linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian
sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis)
dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model
kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu
manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan
kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap
masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir,
teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah
sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids.” Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini
menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki
pengambilan keputusan di Ford.
Klasifikasi
Ada 6
macam teori manajamen diantaranya:
Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan
manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan
kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut
juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya
pada aspek manusia da perlunya manajemen memahami manusia.
Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan
matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut
aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat
berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan
pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk
mengembangkan teorinya.
Aliran manajemen berdasarkan
hasil:
Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter
Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran
hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu
memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan
atau konsumen.
Fungsi manajemen
Fungsi
manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan.Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh
seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah
diringkas menjadi tigayaitu:
pendapat
beberapa penulis sebagai berikut:
Louis A. Allen : Leading, Planning, Organizing, Controlling.
John Robert B., Ph.D : Planning, Organizing, Command -ing, and Controlling.
William
H. Newman : Planning, Organizing, Assem-bling, Resources, Directing,
Controlling
1.Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi
lainnya tak dapat berjalan.
2.Pengorganisasian (organizing)
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih
kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3.Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha
4.Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
•
Mengambil keputusan
•
Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
Memeberi semangat, inspirasi, dan
dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki
pengetahuan
dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang
ditetapkan.
5.Directing/Commanding
Directing
atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha member bimbingan,
saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas
masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar
tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
6.Motivating
Motivating
atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan
melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
7.Controlling
Controlling
atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen
yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa
yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan
tujuan yang telah digariskan semula.
8.Reporting
Adalah
salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan
atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
Sarana manajemen
Man dan machine, dua sarana
manajemen.
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools).
Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines,
method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia
yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan
dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia
tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh
karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk
mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu
unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur
nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli
serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki
dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan
atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi
kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang
memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana
organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah
barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka
proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi
merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka
kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.
Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip
dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
Pembagian kerja (Division of
work)
Wewenang dan tanggung jawab
(Authority and responsibility)
Disiplin (Discipline)
Kesatuan perintah (Unity of
command)
Kesatuan pengarahan (Unity
of direction)
Mengutamakan kepentingan
organisasi di atas kepentingan sendiri
Penggajian pegawai
Pemusatan (Centralization)
Hirarki (tingkatan)
Ketertiban (Order)
Keadilan dan kejujuran
Stabilitas kondisi karyawan
Prakarsa (Inisiative)
Semangat kesatuan, semangat
korps
Manajer
Manajer
adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan
kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran ,
Tingkatan manajer
Piramida jumlah karyawan pada
organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.
Pada
organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer
puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya
digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di
bagian bawah daripada di puncak).
Manejemen
lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah
manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang
bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam
proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
Manajemen
tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang
berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
Manajemen
puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive
officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum
dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief
Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief
Financial Officer).
Meskipun
demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang
lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim
karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya
sesuai dengan permintaan pekerjaan.
Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen,
mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat
kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok.
yang pertama adalah peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan kewajiban
lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai
figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. Yang kedua adalah peran
informasional, meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi,
serta peran sebagai juru bicara. Yang ketiga adalah peran pengambilan
keputusan, meliputi peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah,
pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg
kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh
manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan manajer
Gambar ini menunjukan keterampilan
yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.
Robert
L. Katz
pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut
adalah:
Keterampilan konseptual (conceptional
skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan
untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep
tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu
rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses
perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan
konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
Keterampilan berhubungan dengan
orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang
lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan
akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap
terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada
tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
Keterampilan teknis (technical
skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat
yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program
komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain
tiga keterampilan dasar di atas, Ricky
W. Griffin
menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan
contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer,
Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja
selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort
setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat
kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan
perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih
kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap
merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang
dan mengurangi produktivitas perusahaan.
Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara
terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang
paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top
manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai
alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus
mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang
dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar
tetap berada di jalur yang benar.
Etika manajerial
Etika
manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka.
Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin: