:)

Rabu, 03 Juli 2013

ROI (Return On Investment)



Pengertian ROI
Return on Investment atau Rasio pengembalian atas investasi merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Martono dan Harjito, 2001:60).
Munawir (2004:89) Return on Investment atau Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau profitabilitas (Munawir, 1995:89) .
Secara sederhana analisis ROI sering disebut juga analisi kas metrik. Analisi ROI membandingkan besaran keuntungan dan waktu investasi. Semakin nilai ROI tinggi berarti bahwa investasi menguntungkan dibandingkan dengan biaya investasi.

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :
·         Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi
·         Profit Margin, Yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.




ROI dapat dihitung dengan rumus :
Rounded Rectangle:  Laba Bersih Setelah Pajak
ROI  =       x 100%
  Total Aktiva
 

   



Kelebihan dan Kelemahan ROI
Menurut Abdullah (2002:50) kelebihan ROI antara lain:
  1. Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakansebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.
  2. ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.
  3. Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada.
4.      ROI merupakan pengukuran yang komprehensif dimana semua mempengaruhi laporan keuangan tercermin di rasio ini.
5.      ROI mudah dihitung, mudah dipahami dan sangat berarti dalam arti absolut.
6.       ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap laba (profitabilitas), di luar besar dan jenis usaha. (Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, 2002: 349).
Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan ROI antara lain:          
1.     Mengingat praktek akutansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
2.     Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.
3.      Mendorong terjadinya myopic behavior,  yaitu manajer hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek, yang justru akan membebani badan usaha keseluruhan secara jangka panjang.
4.      Kesukaran dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis karena adanya praktik akuntansi yang digunakan berbeda,
5.      Adanya fluktuasi nilai dari uang (daya beli) khususnya bila dalam kondisi inflasi,
6.      Tidak dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih untuk dapat memperoleh simpulan yang memuaskan,
7.      Tidak dapat memberikan gambaran atau pencerminan terhadap struktur modal perusahaan.